hujan cinta ~ 3

“Hai cik, mengapa duduk termenung kat sini, tidak sejuk ke,” sekali lagi suara itu terasa hangat menusuk hatiku membuat hati ku berdebar2 apa kah tandanya itu. Ku menoleh lalu terpaku melihat insan di hadapan ku adalah insan yang ku temui ketika hujan di LRT.

“Maafkan saya encik, jika kehadiran saya ketika ini menganggu encik, sekejap lagi saya akan pergi dari sini,” hish napelah dengan aku nih, nape aku yang perlu melangkah pergi sedangkan tempat tuh bukan hak milik pemuda itu.

“Maaf cik jika teguran saya tadi membuat cik salah sangka, sebenarnya saya hanya bertanya bukannya niat hendak menghalau cik dari sini.” Pemuda itu seperti terasa dengan kata-kata gadis dihadapannya.

“Tak apa lah encik, lagipun saya nak balik rumah sekarang, kalau encik nak tinggal kat sini, saya tak boleh nak larang, ini kan tempat awam.” Mona memberi ruang untuk pemuda itu menikmati suasana yang indah tanpa dikacau.

“Aik Cik, cik nih marah ke, maaflah kalau saya tersilap kata membuat cik tak senang tinggal kat sini.”  Pemuda itu memberi ruang untuk diri ku agar sama-sama menikmati indahnya pemandangan di situ.

“It’s okay, saya tak marah pun, apa2 pun  selamat bersantai”. Mona berlalu tanpa menoleh.

*****

Aku selalu bahagia di saat hujan turun, kerna aku dapat mengenangmu untuk diriku sendiri. Kau selalu ada cerita untuk ku, tersimpan di hatiku tentang dirimu dan tentang cinta kita yang mengalir seperti air.

Aku bisa tersenyum sepanjang hari kerna hujan pernah menahanmu disini untuk aku.

Betapa di saat ini, aku ingin lari dari semua kenangan kita namun apakan daya mulut berkata ya namun hati berkata tidak. Ego kah aku disaat ini bila inginkan kesempurnaan dalam cerita cinta ini.

Amboi ! betapa hati ini selalu dekat kepadanya, walaupun ku tahu itu mustahil untuk menjadi kenyataan.

Hebat sungguh hebat imaginasi yang ku lakarkan sekarang ini, sentiasa mengharap sesuatu di luar kemampuan ku sebagai hambanya.

*****